Searching...
01.29.00

Ngusaba Guling desa Timbrah 2013


Ngusaba Guling yang dilaksanakan setiap tahun menurut perhitungan kalender Hindu Bali, yaitu setiap 420 hari pada ”Sukra Pon Kewulu”. Ngusaba Guling sama halnya Ngusaba di tempat lain di Bali. Yang di laksanakan di masing masing Pura Dalem Desa Adat setempat. Yang membedakan adalah adanya sarana upacara atau Banten setiap Kepala keluarga yang berada di wilayah desa Adat Timbrah itu sendiri.
Banten merupakan wujud syukur kepada Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi yang di Inplementasikan melalui sarana Banten ini. Adapun keunikan Ngusaba Guling adalah di setiap angota masyarakat yang sudah berkeluarga membuat Banten yang isinya Babi Guling selanjutnya di bawa ke Pura Dalem Desa Timbrah Karangasem. Desa timbrah terletak kurang lebih 5 Km dari Kota Amlapura. Desa Timbrah terdiri dari kurang lebih 1200 KK (kepala Keluarga). Menurut salah satu Tokoh Masyarakat setempat I Wayan Pasek, pada awalnya Upacara di Pura Dalem desa Timbrah di laksanakan dengan kesederhanaan yang penuh makna spiritual dan kekeluargaan. Pada Zamanya masyarakat Bali yang memiliki kelebihan dalam hal Ekonomi yang berkecukupan tidaklah  begitu banyak. Ketika diadakan Upacara Adat atau Yadnya di salah satu Desa,bagi mereka yang memiliki keberuntungan di wajibkan untuk saling berbagi kepada mereka yang kurang beruntung. Termasuk ketika diadakan Ngusaba Desa Timbrah, dahulu hanya mereka yang mampu saja lah membuat Banten dengan Babi Guling. Yang mana setelah Piodalan Atau Upacara Yadnya selesai Banten Babi Guling ini di bagikan kepada mereka yang tidak mampu pada saat itu (ngejot istilah Bali). Kebersamaan ini berlangsung entah berapa lama, mengikuti berjalanya waktu. Lama kelamaan mereka yang sebelumnya di setiap upacara maupun piodalan atau Yadnya mendapat Jotan Babi Guling (Banten atau sarana Syukur masyarakat Hindu Bali). Ada keinginan dari mereka untuk tidak selalu mendapat uluran dari mereka yang lebih mampu,karena kebiasaan ini membuat mereka menjadi MALAS dalam keseharian. Hingga tahun tahun berikutnya di setiap kegiatan Adat maupun Ritual Mereka sudah secara bersama sama Mewujudkan Ritual Keagamaan atau Yadnya tersebut agar berjalan dengan lancar yang sudah tentu dengan tidak mengesampingkan Kebersamaan dan Kekeluargaan yang selama ini mereka jaga bersama. Maka Ngusaba di Desa Adat Timbrah ini di kenal dengan sebutan NGUSABA GULING. Entah mulai kapan  Ngusaba ini di sebut dengan Ngusaba Guling,penulis belum tahu…
Tentunya banyak kekurangan dalam penyampain terkait Ngusaba Guling di desa Adat  Timbrah, Kami penulis mohon maaf..! semoga di tahun mendatang dapat di tambahkan lagi .
semua foto by…Putu4streck “Potrek’ Grafer”.









































0 komentar:

Posting Komentar

 
Back to top!